Senin, 28 Juli 2014

Cinta Adalah Tentang Penerimaan

Diposting oleh Khayania di Senin, Juli 28, 2014 2 komentar

Nanti entah kapan,
kamu harus menghargai aku
lebih dari benda-benda yang bisa ditempeli harga.
Lebih dari mimpi-mimpi di selembar lotre.
(FA)


Terkadang aku kerap bertanya-tanya bagaimana biasanya cara yang kamu pakai saat mengingatku. Apakah ketika angin membawa terbang debu masuk ke matamu maka kamu mengingatku? Apakah ketika kamu berada di antara mengantuk dan ingin melihat acara kesukaanmu di televisi maka kamu mengingatku? Atau apakah ketika hari hujan tak berkesudahan dan kamu malas mengenakan mantelmu maka kamu mengingatku? Tentu saja mengingatku sambil kesal. Lalu aku pun tersenyum kecut setelah memikirkan kemungkinan yang terakhir.
Ada begitu banyak hal di dunia ini yang sebenarnya lebih baik tidak kita pikirkan kemungkinan-kemungkinannya. Namun karena hal itu pernah menjadi penting, kamu pun tanpa sadar memikirkannya. Iya, tentu saja kamu pernah penting bagiku. Bahkan pernah amat sangat penting bagiku.

***

Ada banyak orang bilang, benci dan cinta itu hanya berbeda tipis. Saya mengamini kalimat tersebut, saya rasa batasan benci dan cinta itu hanya setipis kertas pembersih minyak untuk wajah. Tipis sekali. Tipis dan mudah sobek. Sobek dan berpindah di antara keduanya. Antara benci ke cinta. Antara cinta ke benci. Orang yang paling kita cinta, adalah seseorang yang paling kita benci. Sampai-sampai kita tidak bisa hidup tanpa membencinya, mungkin. Seseorang yang betapa pun telah membuat kita marah, tetap menjadi yang paling kita inginkan pelukannya saat kita lelah.

At the same time i wanna hug you and i wanna wrap my hands around your neck. You’re an asshole but i love you. And you make me so mad I ask myself. Why i am still here? Where could i go? Youre the only love i ever known. But i hate you, i really hate you so much. I think it must be true love.
(True Love by P!nk)


Menyukai sesuatu yang kita sukai adalah hal mudah, semua orang bisa melakukannya. Tapi cinta, adalah soal bertahan menyukai hal-hal yang terkadang kita benci, tapi kita merasa tidak mampu hidup dengan baik tanpanya. Seperti sebuah petikan di film End of Watch. Saat sang nenek bertanya pada cucu laki-lakinya yang hendak menikah; Apakah kamu tidak bisa hidup tanpanya? Jangan sok-sok-an menikahi perempuan yang tanpanya, kamu tetap bisa hidup dengan baik.

Karena cinta, adalah lebih dari soal rasa suka. Cinta adalah tentang penerimaan.


***


Don’t cry for a man who’s left you—the next one may fall for your smile. :)

(MAE WEST)



Mungkin kamu tak akan percaya; tapi cara yang paling saya suka saat mengingatmu adalah saat saya tersenyum. Saya sudah berjanji pada diri saya sendiri bahwa saya akan mengingatmu dengan cara yang baik. Walau pun kamu pernah membuat saya begitu marah sampai-sampai saya berhenti menyapamu. Walau pun kamu pernah membuat saya begitu sedih sampai-sampai saya menangis sambil menutup wajah saya dengan bantal dan bangun keesokan pagi dengan kelopak mata yang nyaris tidak bisa terbuka karena bengkak. Walau pun kamu pernah membuat saya kecewa sampai-sampai saya berpikir; sepertinya saya tidak bisa hidup dengan pria seperti ini.

Tapi kamu. Saya selalu mengingatmu dengan bahagia. Itu kenapa, saya selalu bilang; bahwa kita akan selalu baik-baik saja.


Atau mungkin juga ini karena faktor usia. Usia saya sudah tidak lagi mencari hati untuk singgah. Saya ingin mencari hati untuk menetap. Maka dengan siapa pun saya berhubungan, akan ada suatu pagi di mana saya bangun dan tiba-tiba hati saya bertanya;
“Elo yakin Mey, mau hidup sama pria ini seumur hidup lo nanti? Elo sanggup? Elo mampu?”

Dan ketika hari seperti itu datang, maka saya pun harus memilih. Apakah saya mau? Lalu selanjutnya saya akan memutuskan; apakah saya sanggup? Lalu setelahnya saya kembali memastikan; apakah saya mampu menerima segala yang terburuk yang ada pada dirinya— SEUMUR HIDUP SAYA?


Dan ya, saya merasa tidak mampu, walau saya begitu ingin melengkapimu.

Karena akan ada banyak, mungkin kalo kamu ganteng atau cantik maka kalimatnya akan jadi: KARENA AKAN ADA BANYAK SEKALI, mereka yang mengaku menyayangimu dan sangat amat menyayangimu, tapi tidak bisa menghargaimu dengan sepantasnya.

Kamu hanya akan menjadi sesuatu yang menyenangkan hatinya untuk sementara. Mereka akan bilang selalu merindukanmu—tapi seketika bisa kehilangan rasa itu. Begitu ada hal buruk yang kamu miliki muncul di permukaan, mereka akan melenggang pergi, seolah kamu hanyalah seonggok manusia. Mereka akan lupa bagaimana mereka telah membuatmu menyayangi kembali mereka dengan baik, dan mereka menganggap kehilanganmu adalah hal yang sepele. Seperti kehilangan selembar uang, agak sedih sedikit—lalu ya mau dibilang apalagi, sudah hilang, harus cari gantinya dan pasti bisa dapat gantinya.



Entah cara berpikirmu yang mungkin seperti;
ah, tanpa perempuan ini, gue juga bisa hidup. Ah, tanpa perempuan ini, masih banyak perempuan lain yang mau sama gue...
Tentu saja kamu bisa hidup tanpa saya, tentu saja kamu bisa mendapatkan perempuan lain yang lebih baik.

Tapi kamu tahu?

Ketika kamu benar menyayangi saya, perihal-perihal yang demikian seharusnya tidak perlu muncul dari kepalamu.

Saya menyayangimu. Dan saya pun tetap bisa mendapatkan pria yang lebih baik.

Tapi saya hanya ingin disayangi olehmu saja. Saya pun tentu bisa hidup walau tak ada kamu, tapi hidup yang saya inginkan adalah hidup bersamamu— bukan dengan yang lain.

Pemikiran tentang seberapa hebat kita mampu bertahan tanpa seseorang yang sedang kita sayangi seharusnya tak perlu terlintas saat kamu menyayangi seseorang dengan setulus hati. Kecuali, kamu memang merencanakan untuk pergi darinya ☺




-Fa*,dengan sedikit perubahan




With Love,


Tulips

Mendadak Alim

Diposting oleh Khayania di Senin, Juli 28, 2014 1 komentar
Bismillah...

Heyyy guyss, how are you?! Gimana puasa kalian, lancar? Hiks.. ini yang kesekian kalinya aku gak dapet puasa pertama dan solat Ied :(
Well, many people assume that ‘kalau gak dapet kepala, pasti gak bakal dapet buntutnya juga’.
Trust me, itu selalu beneran lho! huhu.


Hmm, ramadhan baru aja selesai, sedih ya? Tarawih gak full (karena si haid ituuhh ://), puasa juga gak full, Qur’an pun jadi sulit khatam. Ngenes sengenes-ngenesnya orang ngenes.

Jadi bagi kalian yang full puasa, tarawih, dan khatam Qur’an, aku ucapin selamat yaa! Kalian hebaat!! :*


So, kali ini (agak telat sih) aku mau ikutan bahas tentang something yang orang-orang juga rame omongin.... ‘Mendadak alim’.




Tenang sajaaa, aku gak pernah bahas sesuatu dari satu sudut aja kok. Karena topik ini pun, aku ambil dari dua sudut pandanganku.
Oke, mari kita bahas;


Menurutku, gak ada yang salah sama istilah mendadak alim.

Lha, namanya juga bulan Ramadhan, bulan seribu berkah dan penuh ampunan. Terus apanya yang salah sama orang yang berbondong-bondong untuk berbuat kebaikan? Toh Ramadhan juga datengnya setahun sekali? Dan belum tentu (amit-amit) kita akan ketemu lagi sama Ramadhan tahun depan, iya kan?






Yang salah itu,  kita udah niat dan beneran berubah selama Ramadhan, tapi pas selesai Ramadhan, kita balik lagi jadi diri kita yang kotor. Ataaaau parahnya lagi, selama bulan Ramadhan, kita bener-bener sama sekali tidak memanfaatkan bulan Ramadhan ini. Puasa jaraangg (kecuali perempuan), tarawih males. Yaampun...


Well, seperti yang udah aku bahas sebelumnya, aku paling gak suka sama orang yang katanya A, tapi ternyata B.

Ini salah satu alasan kenapa, aku mau untuk menikahi seorang pria bule.
Lha, bagi aku sih. Aku mending nikahin orang yang sama-sekali gak tau islam terus dia beneran emang niat dan mau belajar, dan aku akan senang hati untuk ngebimbing dia.
Daripada mereka yang katanya ngaku Islam udah sejak lahir, tapi.... ahh boro-boro buka Qur’an, sujud sama yang ngasih nyawa aja jarang banget. *tepokjidat*

Bagi saya, jenis pria pertama akan jauuuh lebih berharga dari jenis pria kedua.





Dan, ada juga tipe yang ceramahin aku ini-itu, bilang kalau dia blablabla, sikap dia yang syalala, dan seolah-olah menunjukkan kalau ‘haaaaiiiii, sesungguhnya aku adalah pria berimaaann yang cocok untukmu’, tapi pas kenal lebih dalam ternyata.................

Saya kecewa. Saya sangat kecewa.

DEMI TUHAN SAYA, saya saaaaangat kecewa.

Iyasih, bukan hak aku juga untuk menentukan mana seorang yang agamais, mana yang tidak. Bagiku, semua orang derajatnya sama aja. Kan cuma Tuhan yang tau derajat masing-masing umat-Nya, yakan?

Dan sampai saat ini pun, aku belum ada kayaknya, nemu orang yang bener-bener sesuai impian aku dalam hal beragama, berkehidupan, dan bertingkah laku.

Sekalinya ada, eh dia malah yang gak mau sama akyu, ahahahaha! :P xD
Atauuu sekalinya ada lagi, tapi aku harus pake cadar dulu kayaknya. Muahuehuehuehuehue xD


***

Jadi gini,

Bagiku, aku lebih baik kenal sama orang yang emang bener-bener bobrok tapi dia ‘mau’ berubah, dan memang benar menjadi orang yang lebih baik. Daripada mereka yang seolah-olah beriman, padahal aslinya bobrok.

Sudahlah... saya tau kamu pun masih mencintai hal duniawi, ya kan? Begitupun saya. Saya tidak bermaksud untuk mengajak kalian (para readers saya),  menjadi tidak beriman dan lebih mencintai hal duniawi, TIDAK.

Kan aku udah bilang diatas, aku paling gak suka sama orang yang katanya A, tapi ternyata B.

Apasih, kalian mau menunjukkan seolah-olah kamu David Archuleta, kemudian pada akhirnya menunjukkan bahwa kamu, adalah seorang Justin Bieber? (eh maap ya yang fansnya Justin mhehehe)

Mending juga gini,
Yuk, aku tau kita masih mencintai hal duniawi, dan itu pun tidak dilarang asal masih tau aturan dan tak melebihi porsi cinta kita pada Tuhan sendiri dan dunia akhirat. Ayolah, mending kita sama-sama berubah pelan-pelan, jadi yang lebih baik dan sama-sama saling tegur untuk kebaikan.
Cukupin deh tuh, ngambil peran jadi orang yang ini-itu. Seneng aamat ngeboongin orang deh.

Coba deh kita pikir,
Lebih baik kecewa di awal daripada di akhir, khaan?


So, bagi kalian readers-ku yang udah kenal ataupun belum kenal sama aku.
Suatu saat nanti kalau kita bertemu, jangan coba buat jadi David Archuleta ya? Hihi
Jujur aja laah, apa adanya kita kayak apa. Demen banget deh aah boongin orang supaya keliatan baik, ckck.

Inget pepatah lama?

Sepandai-pandainya orang menyimpan bangkai, nanti pasti akan tercium juga.


(Again), gak bosen-bosennya aku pesen ke kalian.
Be yourself who try to be better, ok?


Terakhir,

Taqabalallahu minna wa minkun, shiyamana wa shiyamakum.
Semoga Allah menerima ibadah dan puasa kita ya! Oiya, mohon maaf juga kalau aku ada salah, hihi.

Selamat Lebaran, for all muslims in the whole world!




Salam tempel!



Tulips



Jumat, 04 Juli 2014

'Apa Adanya' yang 'Ada Apanya'

Diposting oleh Khayania di Jumat, Juli 04, 2014 5 komentar
Bismillah..


Banyak yang berpendapat bahwa, kita harus menerima seseorang “apa adanya”.
Well, saya agak kurang setuju dengan stereotype yang demikian. Karena, tak sedikit yang salah mengartikan arti dari ‘apa adanya’ tersebut.

Jujur, saya tidak pernah bisa menerima seseorang dalam keadaan ‘apa adanya’ dia. Dan saya yakin, kalian pun sependapat dengan saya.

“Ah enggak kok, aku selalu nerima pasanganku apa adanya.”
“Ih, kita kan harus menerima seseorang apa adanya dia.”

Pertanyaan saya hanya satu, YAKIN?

You know what, sometimes we need someone to change. Really need it.
Bukan berarti dia harus seperti apa maunya kita, oh tidak. Bukan seperti itu.





Saya rasa, merubah seseorang dengan tujuan yang baik, tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Toh itu untuk kebaikan dia juga. Karena nanti, ini semua akan dia sendiri yang merasakan efek dan hal positifnya.
Well meskipun banyak yang berubah hanya saat bersama saya dan kemudian ‘kembali’ lagi menjadi dirinya sendiri setelah lepas dari saya.
Banyak.

Kalau saya ‘mau’ untuk berpikiran jahat, saya bisa tenang-tenang saja.  Toh ini tidak merugikan saya? Yang penting, selama dia dengan saya, dia bersikap baik seperti yang sudah saya coba untuk ‘ubah’ dalam diri dia.

Satu kata,

Egois.

Saya rasa saya cukup egois untuk menarik kesimpulan demikian. Padahal, jika saja kamu bisa untuk lebih membuka fikiranmu, mencoba untuk menutup telingamu dari bisikan buruk, mencoba belajar untuk membuka diri dalam menerima pendapat juga masukan orang lain yang membangun, dan lebih bisa menurunkan gengsi-mu untuk lebih dewasa dalam berfikir dan bertindak, percayalah.. kamu tidak akan seperti itu; berubah hanya untuk sekejap kemudian kembali lagi menjadi dirimu yang dulu.

Saya fikir ini lucu, bagaimana seekor ulat yang berusaha dan telah berhasil menjadi seekor kupu-kupu yang cantik, kemudian ia berusaha kembali untuk menjadi seekor ulat yang menjijikan karena mungkin ‘malu’, bahwa dirinya sudah berubah menjadi seekor kupu-kupu dewasa yang sangat istimewa.




Jujur saya tidak pernah menyukai ulat. Saya selalu bergidik setiap kali melihat ulat. Lalu kamu mungkin lebih suka melihat saya begidik dengan dirimu yang seperti ulat?


***


Tidak hanya dalam hubungan asmara, dalam pertemanan maupun hubungan keluarga-pun, semua orang butuh untuk ‘berubah’.

Saya senang merubah seseorang. Begitupun dalam berhubungan. Saya selalu menuntut kekasih saya untuk berubah, siapapun itu. Bukan berarti dia harus berubah 180 derajat dari diri dia yang sebenarnya (well meskipun tak sedikit ada orang yang benar-benar dan telah berhasil untuk berubah 180 derajat, menjadi yang lebih baik tentunya).

Saya selalu menganggap serius dalam setiap hubungan, maksud saya, saya tidak pernah main-main dengan setiap pria yang saya kencani. Saya tidak pernah menerima seseorang hanya untuk sekedar; manas-manasin seseorang, pelarian, selingkuhan, dan ‘mumpung ada’.
Maka dari itu, saya membutuhkan waktu beberapa bulan untuk mengenal seseorang. Biasanya, belum ada sebulan-pun, saya sudah bisa menilai seseorang itu seperti apa (yaa meskipun tidak secara keseluruhan). Baru saya memutuskan untuk melanjutkan atau tidak dengan orang ini.





Saya pernah, melakukan ‘pendekatan’ bertahun-tahun dengan seseorang. Haha, agak lucu dan sedikit miris memang. Tapi ya begitu, saya butuh waktu untuk menilai dia lebih dalam lagi.

Apa? Masih butuh waktu? Bertahun-tahun dan kau bilang masih butuh waktu?

Haha, mungkin pertanyaan-pertanyaan semacam itu yang selaaalu ada di benak orang itu, dan saya yakin kamu sudah tau alasannya seperti apa, ya kan? ;)

Oke, stop dengan bahasan tentang orang itu.


***



Begini, mari kita bahas lebih lanjut dan cobalah untuk memahami isi pikiran saya,

Apakah kamu tahan dengan kekasihmu yang suka ‘main tangan’?
Apakah kamu tahan dengan kekasihmu yang suka berbicara kasar ketika dia marah?
Apakah kamu tahan dengan kekasihmu yang pembentak?
Apakah kamu tahan dengan kekasihmu yang cuek dan kurang perhatian?
Apakah kamu tahan dengan kekasihmu yang tidak setia?

Lalu... MASIH kah kamu beranggapan bahwa kamu, akan menerima seseorang dengan “apa adanya”??

Kalau saya tidak. Saya mungkin akan lebih memilih untuk meninggalkan orang itu, dan mencari yang bisa lebih paham, sejalan, dan menghargai saya.

Begitukah? Sebegitu mudahkah kamu meninggalkan seseorang?

Ooh, jangan salah. Saya pernah membahas ini bukan?
Saya akan sangat dengan mudah meninggalkan seseorang, jika orang itu sudah sangat menyakitkan bagi saya. Jika memang dia tidak ada niat untuk berubah, atau memang jalan pikirannya sangat berbeda dengan saya dan saya melihat dia tidak ada prospek ke depannya, maka saya akan meninggalkan dia, meskipun orang tersebut sudah sangat berpengaruh dalam hidup saya.
Karena saya tidak mau, hanya karena kata cinta, saya berada dalam suatu hubungan yang sangat merugikan, membuat saya menjadi ‘tersiksa sendiri’,  atau tidak membuat saya bahagia. Karena saya rasa, saya sudah cukup idiot untuk terus-menerus memberi kesempatan kepada orang yang sama, bahkan mungkiiiin, untuk kesalahan yang sama pula.

Saya bukan malaikat.






Saya memang tidak bisa memaksakan seseorang untuk memiliki pikiran yang sejalan dengan saya. Karena saya selalu berpendapat bahwa ‘every person has their own minds’. Menyatukan dua kepala menjadi satu memang tidak mudah, tapi apa salahnya jika memang ternyata, jalan pikiran saya memang lebih baik dan lebih dewasa dari pasangan saya?

Tentu saya bisa, mencari orang yang jalan pikirannya ‘hampir sama’ dengan saya. Dan bagi orang itu, jalan pikiran saya pun ‘hampir sama’ dengan dia. Yang berinisiatif tinggi dan masih suka untuk ditegur ketika dia melakukan kesalahan.

Contohnya, saya lebih memilih untuk menelfon pasangan saya ketika saya membuat kesalahan, daripada sibuk menjelaskan panjang lebar di bbm. Saya sangat tidak suka membicarakan suatu hal apapun yang crucial, hanya lewat bbm atau apapun itu. Saya selalu membicarakan lewat telefon jika kita tidak bisa bertemu langsung untuk membicarakannya. Dan saya akan mencari orang yang demikian juga. Yang akan menyelesaikan tiap masalah, daripada hanya sekedar “udahlah..lupain aja...”

Kau tau? Orang berjalan dan terjatuh itu, bukan karena dia tersandung batu yang besar. Tapi karena kerikil-kerikil kecil yang menghalangi jalannya.
Dan percayalah, setiap hal-hal kecil yang kita coba untuk “lupain aja..”, mereka nanti akan berkumpul dan membentuk suatu dinding besar dan siap menjadi boomerang buat kita sendiri.

Kau siap?


***


Tenang saja, saya tidak egois. Saya masih butuh masukan dari pasangan saya untuk berubah. Saya masih butuh untuk ditegur dan diomel-omelin secara manja dengan kekasih saya. Karena saya rasa, saya sungguh tidak sempurna dan masih ingin menjadi manusia yang lebih baik lagi. Tapi saya akan memilih tiap masukan dari seseorang, karena hanya masukan yang logis, yang akan saya terima.

Lho, memang ada, masukan yang tidak logis?

Masukan-masukan seperti,
“Coba deh, saya rasa kamu lebih cantik jika pakai rok mini”
“Wah, kamu sexy sekali dengan baju mu yang super ‘cap’ di badan itu.”

Haha, memang sih selama ini belum pernah ada yang memberi masukan seperti itu. Ini hanya penalaran saja, hehe.





Saya selalu membandingkan usia dengan tingkat kedewasaan seseorang. Saya tau hal ini salah, sangat salah. Tapi bagi saya, saya malu jika isi pikiran saya, tidak sebanding dengan usia saya sekarang ini.

Tidak, saya tidak pernah berasumsi bahwa saya selalu lebih dewasa dari seseorang. Terkadang saya pun masih ceroboh dalam melakukan sesuatu.

Jujur, saya sangat manja. Kalian bisa tanya sama mama-papa saya, teman lawan jenis, maupun kekasih saya, hehe. Tapi, meskipun I act like a kid, but i have a very lady thoughts :-)
Saya bisa memposisikan kapan saya mengeluarkan sifat manja saya, dan kapan saya harus berlaku seperti the real of a lady itself  ;-)





Intinya, tidak ada suatu kesalahan untuk menerima ‘apa adanya’ seseorang dalam suatu hal yang positif. Asalkan jangan jadi orang yang hanya menerima 'apa adanya' tanpa tau 'ada apanya'.


So, jangan mau jadi bodoh karena cinta, cause I’m pretty sure that there’s someone who is waiting for you to love you the way you always want to be.

Be happy, stay smart, and stay blessed!






With Love,




Tulips
 

✿ Khayania ✿ Copyright © 2014